"kenangan cinta pertama itu tak akan pernah bisa disembunyikan"
Selamat Ulang Tahun, Cinta Pertama! Seorang pria dengan wajah sayu, berhidung mancung, bermata sendu, serta seorang pria dengan pita suara yang dihiasi oleh suara lembut. Dimataku, kau tanpa cela. Dihatiku, kau memiliki peran yang luar biasa.
Mungkin, kau tak akan pernah membaca ini, melihat sekejap matapun tidak mungkin, apalagi membaca hingga paragraf akhir. Mungkin, kau tidak mengetahui usahaku untuk menulis ini, usahaku untuk mengundangmu kembali berotasi diotakku, mengelilingi poros otak tengah, menjalar ke otak kiri, lalu membias ke otak kanan. Tak ada dasar apapun dan tak ada alasan apapun yang menjelaskan mengapa aku harus membiarkan jemariku menari dan kembali menuliskan semua hal tentangmu. Seseorang yang sempat mengendap dalam sel otakku, seseorang yang pernah terlupakan oleh jemariku yang dulu sering menuliskan tentangmu.
Jika aku bercerita bagaimana pertemuan awal kita hingga perpisahan kita, mungkin tulisan itu akan terakum sempurna menjadi sebuah roman, yang di dalamnya terdapat tokoh sentral. Hanya aku dan kamu, bertemu, berkenalan, berteman, bercanda, bergembira, jatuh cinta, indah, dan berpisah. Jadi, aku tidak akan bercerita tentang itu. Tunggu dulu! Bukannya aku melupakan kenangan itu, aku hanya ingin membuat semua paragraf menjadi sangat berisi dan efektif, walaupun sekali lagi mungkin kau tak akan membacanya.
Aku bahkan tidak lagi tahu kabarmu. Dimana tempat tinggalmu? Siapa wanita yang menjadi pilihanmu saat ini? Bagaimana keadaanmu? Tak perlu lagi aku membiarkan air mataku terbujur kaku, menyerah setelah beberapa saat bertahan dipelupuk mata. Aku yang sekarang adalah wanita kuat yang dulu belum kau kenal. Jika kau melihatku saat ini, kau pasti berkata,"Kamu berbeda!" Ungkapmu dengan rambut menyeringai santai, dengan jambul yang menjuntai.
Kau semakin tua. Aku sedang membayangkanmu saat ini, mungkin hidungmu semakin mancung, mungkin bulu matamu semakin lentik, mungkin pipimu semakin memerah ketika panas menyengat hangat pipimu, mungkin kau sibuk dengan kegiatanmu, dan mungkin kau telah melupakanku. Dari jarak sejauh ini, mustahil jika aku bisa lagi menyorot erat bola matamu dan menyerap sinarnya.
Bukankah, kenangan cinta pertama itu tak akan pernah bisa disembunyikan? Bukankah, kekuatan cinta pertama jauh lebih kuat daripada cinta-cinta lainnya? Tapi, apa yang kurasakan saat ini, hanya aku yang tahu, hanya aku yang bisa manafsirkan. Kau miliki jalanmu, aku mengikuti jalanku, sekarang bukan dulu, kau dan aku bukan lagi bocah ingusan yang suka permainan.
Jadi, untuk segala kemungkinan yang terjadi, biarlah Tuhan menyimpan kemungkinan itu rapat-rapat dalam sela-sela jemariNYA yang penuh kuasa. Diumurmu yang semakin bertambah ini, semoga Tuhan memberkati semua rencana pembahagiaanmu, semoga kau tetap dicintai oleh sesamamu, dan semoga aku masih tersimpan aman dalam laci lemari otakmu.
Satu hal yang perlu kau ketahui, aku tak pernah mengabaikan kekuatan cinta pertama.
ditulis saat: hidung tersumbat, kegalauan menghambat, nafas tercekat. seorang hipotensi butuh pertolongan pertama tapi dia lebih memilih untuk menulis tentang seseorang yang hidup dimasa lalunya. hebat!
dari kk yang hebat nama jauh:dwita